Suatu hari, KH Kholil Bangkalan diminta untuk
memimpin tahlil di kediaman seorang warga. Sampai di rumah shohibul
hajat, kiai Kholil memimpin jalannya acara. Tetapi ada yang ganjil,
setelah salam beliau hanya membacakan kalimat thoyibah “La ilaha
illallah” sekali saja. Lantas salam dan pulang. Padahal oleh pemilik
rumah beliau diberi berkat dengan ukuran kardus yang cukup besar.
Melihat kejadian itu istri pemilik rumah marah-marah kepada suaminya.
Jika pemberian berkat untuk kiai Kholil dengan bacaan tahlil tidak
sebanding. Akhirnya si istri meminta suaminya untuk mendatangi kediaman
beliau. Sampai di rumah kiai kemudian lelaki tersebut menjelaskan maksud
kedatangannya.
Lelaki: “Kiai, kehadiran saya kesini atas permintaan istri saya. Dia merasa ganjil dengan tahlil yang kiai pimpin tadi.”
Kiai: “Pantas saja sampai rumah ketika berkat mau dibuka oleh istri,
saya melarangnya. Akhirnya saya pun menaruhnya di atas almari.”
Untuk menjelaskan keganjilan itu, kiai mengambil timbangan, selembar
kertas bertuliskan kalimat thoyibah dan berkat. Subhanallah, setelah
ditimbang, ternyata berat menuju selembar kertas yang bertuliskan
kalimat thoyibah.
Kiai: “Makanya, saya hanya membacakan satu
kalimat tahlil saja. Karena bacaan itu sudah cukup untuk bingkisan ahli
kuburmu. Beratnya pun melebihi berkat yang anda berikan kepadaku.
Sumbernya
Sabtu, 16 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar