Jumat, 01 Maret 2013

Jokowi Tak Nyapres, Prabowo Presiden 2014

Setelah Prof. Didik J Rachbini merilis hasil survei elektabilitas calon presiden 2014-2019 yang menempatkan Jokowi pada posisi teratas mengalahkan Prabowo, Megawati, JK dan Ical, wacana pencapresan Jokowi jadi perbincangan hangat di berbagai media, termasuk di kompasiana. Yang mendukung banyak, namun yang minta Jokowi agar fokus dulu membenahi Jakarta pun tidak sedikit. Kelompok terakhir ini lebih ingin Jokowi maju di 2019. Yang tidak suka Jokowi maju bisa dihitung dengan jari saja. Yang sinis dan plin-plan juga ada, seperti rekan kita si Jakarta-Menagih-Janji-Jokowi; yang spesialis komen ( 0 tulisan, 481 tanggapan sejak 24 oktober 2012). Lihat, misalnya http://politik.kompasiana.com/2013/02/07/jokowi-dilarang-nyapres–532244.html.

Taufik Kiemas dan jajaran senior di PDIP sudah bereaksi, dan mereka cenderung untuk tidak mencalonkan Jokowi pada 2014 ini. Sementara itu, atas hasil survey tersebut, di hadapan Kompasioners dalam acara Kompasiana MODIS Februari silan, Jokowi menyampaikan keenganannya: “Saya mau kerja ngurusi banjir dan macet!” tegasnya. Keenganan Jokowi juga diulang-ulang kepada media pada berbagai kesempatan.
Survei Pusat Data Bersatu (PDB) diadakan di paruh pertama bulan Januari 2013, dan dirilis di awal Februari 2013.  Pada saat yang hampir bersamaan, 14-19 Januari 2013, jajak pendapat publik atas Calon Presiden (Capres) Pilihan 2014 juga diselenggarakan National Leadership Center (NLC) bekerjasama dengan lembaga riset internasional Taylor Nelson Sofres (TNS) yang berbasis di Inggris. Dalam survei ini, Presiden Direktur NLC Taufik Bahaudin mengatakan, lembaganya telah menguji sekitar 11 nama calon, baik yang telah menyatakan siap maju sebagai capres maupun yang masih dielu-elukan akan dijagokan sebagai kandidat capres.
Dari semua calon yang ditanyakan ke publik melalui daftar pertanyaan tertutup, Prabowo memiliki peluang tertinggi untuk dipilih publik  dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, yakni sekitar 35 presen. Posisi kedua diduduki Megawati Soekarnoputri (20 persen) , disusul Jusuf Kalla (12 persen) pada posisi ketiga. Jokowi tidak diikursertakan karena belum pernah menyatakan siap maju sebagai capres. Taufik mangakui, jika nama Jokowi dicantumkan, hasil survey pasti akan berbeda. Perlu dicatat, survey ini dilakukan sebelum PDB merilis hasil survey yang menempatkan Jokowi di urutan pertama, sehingga ‘noise’ dari wacana pencapresan Jokowi  tidak mengganggu persepsi dari 2000-an responden yang disasar oleh NLC.
Dari dua hasil survey itu kita bisa simpulkan bahwa Jika Jokowi tidak nyapres, Prabowo akan memenangi pemilihan Presiden 2014.
Pesona Jokowi pasti mengundang kandidat capres untuk melamarnya menjadi cawapres.  Menurut analisis saya, langkah ini tidak akan menguntungkan bagi siapapun. Pamor Jokowi akan langsung ambles jika hanya jadi cawapres; meninggalkan tugas di DKI hanya demi mengangkat suara buat sang capres. Bisa jadi rakyat malah menghukum mereka yang menunggangi Jokowi dengan cara tidak memilih pasangan itu!
Saya berharap besar – dan yakin – Jokowi tidak akan bersedia dijadikan cawapres oleh siapapun. Termasuk bila Ibu Mega memintanya; karena rakyat akan menolak dan Jokowi tahu itu.
Mungkin kini saatnya media memunculkan figur calon pemimpin alternatif selain Jokowi dan tokoh-tokoh tua stok lama. Nama-nama seperti Gita Wirjawan, Dahlan Iskan, Pramono Edhie, bisa mulai diperhitungkan. Syarat jadi presiden 2014 mudah kok:  “Lebih baik dari Jokowi”. Itu saja. Nah dari tiga nama alternatif tadi, sudah jelas hanya Gita Wiryawan yang lebih tampan dari Jokowi…Kompasiana.

0 komentar:

Posting Komentar