Selasa, 12 Maret 2013

Penjaga Musholla sekolah masuk UGM

Setiap orang pasti memiliki cita-cita. Namun tidak semua cita-cita dapat menjadi kenyataan karena banyak faktor,antara lain biaya. Demikian halnya dengan keinginan untuk kuliah. Setiap anak lulusan SMA pasti ingin menjadi mahasiswa karena menjadi mahasiswa kebanggaan tersendiri.

Namun tidak semua orang beruntung,ada yang pasrah, ada yang berjuang. Tidak banyak siswa yang gigih dalam memperjuangkan keinginannya untuk menjadi mahsiswa. Dari yang tidak banyak itu, salah satunya Jumali siswa SMAN 1 Padangan Bojonegoro.


Jumali,nama itu tidak asing lagi bagi keluarga besar SMAPA para guru mengenalnya sebagai siswa yang aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Dia akan selalu bertanya ketika tidak jelas atau kurang paham dengan penjelasan bapak ibu guru. Yang lebih membanggakan lagi sejak kelas XI dia rela tinggal di Musholla SMAPA. Tidak hanya tinggal lo,tetapi juga merawat musholla. Padahal remaja seusia dia kan sedang senang-senagnya bermain. Tapi dia justru lebih memilih mendekatkan diri pada Alloh SWT.

BERPRESTASI
Cowok yang lahir di Bojonegoro 22 Agustus 1988 ini ternyata banyak meraih prestasin sejak kecil. Diantaranya pernah mendapat nilai ujian nasional tertinggi saat SD,saat SMP dan SMA dia selalu masuk peringkat 10 besar. Perjalanan hidup Jumali memang penuh liku-liku,tidak seperti siswa kebanyakan yang tenang dalam belajar tanpa memikirkan biaya sekolah.

Ternyata setelah lulus SMP tidak dapat langsung melanjutkan sekolah di SMA ya karena faktor biaya dia harus menunda keinginannya selama satu tahun untuk masuk di SMAN 1 Padangan. Selama setahun menganggur Jumali giat membantu orangtuanya yang seorang petani dan sambil terus berdoa agar dapat melanjutkan ke SMA.

Alumni SMPN 1 Tambakrejo ini merasa terlambat dalam bercita-cita. Dia mulai berkeinginan untuk kuliah pada saat kelas XII semester 2. ketika memutuskan untuk kuliah Jumali segera menyeleksi berbagai brosur perguruan tinggi, terutama PTN. Akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti PMDK UGM lewat jalur PBUTM (penelusuran bibit unggul tidak mampu). Putra kedua dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Saji dan ibu Mariyati ini mengaku memilih UGM karena merupakan salah satu universitas favorit di Indonesia.

PULANG KE DESA
Pengumuman yang menggembirakan itu diketahui lewat internet pada 21 maret 2009. Sebenarnya Orang tua Jumali sangat menentang keinginan putranya untuk kuliah. Bukan karena tidak ingin melihat putranya menjadi mahasiswa tetapi karena faktor biaya. Tetapi setelah berusaha meyakinkan kalau memzng di UGM lewat jalur PBUTM berarti tidak memerlukan biaya untuk kuliah barulah otangtuanya setuju, bahkan mendukung dan mendo'akan. Cowok yang sering menghabiskan waktu senggangnya untuk menyalurkan hoby browsing internet ini sengaja mengambil jurusan Tehnologi Pertanian.

Menurut Jumali pertanian di Negara ini semakin lama semakin menurun. Setelah lulus dari UGM nanti dia ingin pulang ke Desanya di Jawik Tambakrejo Bojonegoro agar bisa membantu mengatasi dan mencarikan solusi masalah pertanian.

Sebuah cita-cita yang begitu mulia, seperti pepatah "kacang tak akan lupa pada kulitnya". Kita tak boleh melupakan asal kita, tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan. Selain itu kalau Alloh mengizinkan dia juga ingin melanjutkan ke S2, katanya sih biar bisa jadi dosen. Wah yang benar yang mana nih mau pulang kampung apa mau jadi dosen. Cowok pengagum Aa Gym dan seneng lagu ya bat rotim ini juga mengasah kemampuannya dengan bahasa Inggris. Begitulah perjalanan seorang siswa SMAPA dan putra dari seorang petani di desa dalam meraih cita-cita dan impiannya yang patut diteladani. Tidaka ada yang mustahil kalau kita mau berusaha. Alloh SWT akan menolong hamba-hamba-Nya yang benar-benar mau berusaha.
Penulis siswa SMAPA 

2 komentar:

  1. dua jempol buat jumali,,,ya saya kenal dia betul

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga menjadi inspirasi anak-anak muda yang lain

      Hapus