Dari bayi hingga remaja, Soeharto kecil hidup berpindah-pindah.
Kebanyakan menumpang pada keluarga atau kenalan ayahnya. Masa kecil
Presiden Republik Indonesia ke-2 ini pun lekat dengan kemelaratan.
Setelah tamat sekolah rendah lima tahun di daerah Wuryantoro,
Yogyakarta, Soeharto kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan rendah
(schakel school) di Wonogiri. Dia dan Sulardi, sepupunya, menumpang
hidup di rumah kakak perempuannya di Selogiri, 6 Km dari Wonogiri.
Nah pada masa itu pula Soeharto disunat. Kira-kira tahun 1935, saat
usianya sudah 14 tahun. Agak malu juga karena sudah terbilang tua untuk
sunat.
"Terhitung sudah agak tua waktu saya disunat, yakni pada umur 14
tahun. Mungkin sebabnya cuma karena tidak gampang mengumpulkan biaya,"
kenang Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan
Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Seperti lazimnya sunatan di Jawa, maka diikuti dengan syukuran. Namun
karena keterbatasan dana, syukuran yang digelar sangat sederhana.
Peristiwa itu sangat berkesan untuk Soeharto.
"Bagaimana pun rasanya saya merasa gembira. Dan memang saya mesti bersyukur," kata Soeharto.
Setelah disunat, Soeharto merasakan pertumbuhan fisiknya melesat. Badannya tumbuh tinggi besar.
"Padahal apa yang disediakan untuk saya tetap sama. Makanan yang tersedia tidak bertambah," kenangnya.
Setelah disunat, Soeharto kembali harus berpindah tumpangan. Kakak
perempuannya bercerai. Maka terpaksa Soeharto pindah ke Wonogiri dan
menumpang pada teman ayahnya, seorang pensiunan pegawai kereta api
bernama Hardjowijino. Di rumah ini Soeharto ikut membersihkan rumah,
belanja ke pasar, hingga menjual hasil kerajinan tangan Ibu Hardjo.
Soeharto pun memasak saat sore hari atau saat tidak bersekolah.
"Saya tidak mengeluh. Saya mendapat didikan yang bermanfaat, sangat
bermanfaat di rumah Pak Hardjowijono. Saya jadi pekerja, jadi tukang
yang akan bisa berdiri sendiri jika keadaan memaksa. Dan rasa-rasanya
saya bisa belajar dengan cepat melakukan hal itu," kata Soeharto.
Tak ada yang menyangka, bocah yang telat disunat karena kurang biaya
itu akhirnya menjadi seorang pemimpin pasukan dan akhirnya menjadi
Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar